Sejarah Perkembangan Islam di Kesultanan Banten

Kesulatan Banten adalah salah satu kerajaan islam yang pernah mencapai puncak kejayaan yang luar biasa selama hampir 3 abad. Kesultanan terbentuk di Provinsi Banten berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan. Dalam proses perluasan kawasan itu Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut dan beliau mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, inilah awal cikal bakal berdirinya kesultanan banten.

Keadaan Banten Pra Islam

Berdasarkan data arkeologis, masa awal masyarakat Banten dipengaruhi oleh beberapa kerajaan yang membawa keyakinan Hindu-Budha, seperti Tarumanagara, Sriwijaya dan Kerajaan Sunda. Sebelum Islam berkembang di Banten, masyarakat Banten masih hidup dalam tata cara kehidupan tradisi prasejarah dan dalam abad-abad permulaan masehi ketika agama Hindu berkembang di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan purbakala dalam bentuk prasasti arca-arca yang bersifat Hiduistik dan bangunan keagamaan lainnya. Sumber naskah kuno dari masa pra Islam menyebutkan tentang kehidupan masyarakat yang menganut Hindu.
Selain itu di Banten terdapat sisa-sisa kebudayaan megalitik tua (4500 SM hingga awal masehi) seperti menhir di lereng gunung Karang di Padeglang, dolmen dan patung-patung simbolis dari desa Sanghiang Dengdek di Menes, kubur tempayan di Anyer, kapak batu di Cigeulis, batu bergores di Ciderasi desa Palanyar Cimanuk, dan lain sebagainya. (Sukendar;1976:1-6) Penggunaan alat-alat kebutuhan yang dibuat dari perunggu yang terkenal dengan kebudayaan Dong Son (500-300 SM) juga mempengaruhi penduduk Banten. Hal ini terlihat dengan ditemukannya kapak corong terbuat dari perunggu di daerah Pamarayan, Kopo Pandeglang, Cikupa, Cipari dan Babakan Tanggerang
Pendiri Agama Islam (Tokoh Utama) di Banten

Tokoh utama para pendiri agama Islam di Banten, antara lain adalah:
1. Fatahillah (mangkat pada tahun 1570)
2. Hasanuddin Sultan Banten I (1552 - 1570)
3. Pangeran Yusuf Sultan Banten II (1570 -1580)
4. Maulan Muhammad Sultan Banten III (1580 – 1596
Proses Penyebaran Islam di Kerajaan Banten
Pada awalnya Kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas perintah Trenggana, bersama dengan Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukkan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.
Penyebaran Islam di Banten dilakukan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, pada tahun 1525 M dan 1526 M. Seperti di dalam naskah Purwaka Tjaruban Nagari disebutkan bahwa Syarif Hidayatullah setelah belajar di Pasai mendarat di Banten untuk meneruskan penyebaran agama Islam yang sebelumnya telah dilakukan oleh Sunan Ampel. Pada tahun 1475 M, beliau menikah dengan adik bupati Banten yang bernama Nhay Kawunganten, dua tahun kemudian lahirlah anak perempuan pertama yang diberinama Ratu Winahon dan pada tahun berikutnya lahir pula pangeran Hasanuddin. (Atja;1972:26)
Setelah Pangeran Hasanuddin menginjak dewasa, syarif Hidayatullah pergi ke Cirebon mengemban tugas sebagai Tumenggung di sana. Adapun tugasnya dalam penyebaran Islam di Banten diserahkan kepada Pangeran Hasanuddin, di dalam usaha penyebaran agama Islam Ini Pangeran Hasanuddin berkeliling dari daerah ke daerah seperti dari G. Pulosari, G. Karang bahkan sampai ke Pulau Panaitan di Ujung Kulon. (Djajadiningrat;1983:34) Sehingga berangsur-angsur penduduk Banten Utara memeluk agama Islam. (Roesjan;1954:10)
Dalam Babad Banten menceritakan bagaimana Sunan Gunung Jati bersama Maulana Hasanuddin, melakukan penyebaran agama Islam secara intensif kepada penguasa Banten Girang beserta penduduknya. Beberapa cerita mistis juga mengiringi proses islamisasi di Banten, termasuk ketika pada masa Maulana Yusuf mulai menyebarkan dakwah kepada penduduk pedalaman Sunda, yang ditandai dengan penaklukan Pakuan Pajajaran.
Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalam penyebaran Islam di kawasan tersebut, selain itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan raja Malangkabu(Minangkabau, Kerajaan Inderapura), Sultan Munawar Syah dan dianugerahi keris oleh raja tersebut.
Islam menjadi pilar pendirian Kesultanan Banten, Sultan Banten dirujuk memiliki silsilah sampai kepada Nabi Muhammad, dan menempatkan para ulama memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakatnya, seiring itu tarekat maupun tasawuf juga berkembang di Banten. Sementara budaya masyarakat menyerap Islam sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Beberapa tradisi yang ada dipengaruhi oleh perkembangan Islam di masyarakat, seperti terlihat pada kesenian bela diri Debus.
bendera kesultanan banten - sejarah masuk islamKarena semakin besar dan maju daerah Banten, maka pada tahun 1552 M, Kadipaten Banten dirubah menjadi negara bagian Demak dengan Pangeran Hasanuddin sebagai Sultannya. Atas petunjuk dari Syarif Hidayatullah pusat pemerintahan Banten dipindahkan dari Banten Girang ke dekat pelabuhan di Banten Lor yang terletak dipesisir utara yang sekarang menjadi Keraton Surosowan. (Djajadiningrat;1983:144) Pada tahun 1568 M, saat itu Kesultanan Demak runtuh dan digantikan oleh Panjang, Barulah Sultan Hasanuddin memproklamirkan Banten sebagai negara merdeka, lepas dari pengaruh Demak atau pun Panjang (Hamka;1976:181) 
Disamping itu Banten juga menjadi pusat penyebaran agama Islam, banyak orang-orang dari luar daerah yang sengaja datang untuk belajar, sehingga tumbuhlah beberapa perguruan Islam di Banten seperti yang ada di Kasunyatan. Ditempat ini berdiri masjid Kasunyatan yang umurnya lebih tua dari masjid Agung Banten. (Ismail;1983:35) Disinilah tempat tinggal dan mengajarnya Kiayi Dukuh yang bergelar Pangeran Kasunyatan guru dari Pangeran Yusuf. (Djajadiningrat;1983:163)
Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Trenggana, Banten yang sebelumnya vazal dari Kerajaan Demak, mulai melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun 1570 melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun 1579. Kemudian ia digantikan anaknya Maulana Muhammad, yang mencoba menguasai Palembang tahun 1596 sebagai bagian dari usaha Banten dalam mempersempit gerakan Portugal di nusantara, namun gagal karena ia meninggal dalam penaklukkan tersebut.
Pada masa Pangeran Ratu anak dari Maulana Muhammad, ia menjadi raja pertama di Pulau Jawa yang mengambil gelar "Sultan" pada tahun 1638 dengan nama Arab Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Pada masa ini Sultan Banten telah mulai secara intensif melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada waktu itu, salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada Raja Inggris, James I tahun 1605 dan tahun 1629 kepada Charles I.
Setelah Banten muncul sebagai kerajaan yang mandiri, penguasanya menggunakan gelar Sultan, sementara dalam lingkaran istana terdapat gelar Pangeran Ratu,Pangeran Adipati, Pangeran Gusti, dan Pangeran Anom yang disandang oleh para pewaris. Pada pemerintahan Banten terdapat seseorang dengan gelarMangkubumi, Kadi, Patih serta Syahbandar yang memiliki peran dalam administrasi pemerintahan. Sementara pada masyarakat Banten terdapat kelompokbangsawan yang digelari dengan tubagus (Ratu Bagus), ratu atau sayyid, dan golongan khusus lainya yang mendapat kedudukan istimewa adalah terdiri atas kaum ulama, pamong praja, serta kaum jawara.
Pusat pemerintahan Banten berada antara dua buah sungai yaitu Ci Banten dan Ci Karangantu. Di kawasan tersebut dahulunya juga didirikan pasar, alun-alun danIstana Surosowan yang dikelilingi oleh tembok beserta parit, sementara disebelah utara dari istana dibangun Masjid Agung Banten dengan menara berbentukmercusuar yang kemungkinan dahulunya juga berfungsi sebagai menara pengawas untuk melihat kedatangan kapal di Banten.
Berdasarkan Sejarah Banten, lokasi pasar utama di Banten berada antara Masjid Agung Banten dan Ci Banten, dan dikenal dengan nama Kapalembangan. Sementara pada kawasan alun-alun terdapat paseban yang digunakan oleh Sultan Banten sebagai tempat untuk menyampaikan maklumat kepada rakyatnya. Secara keseluruhan rancangan kota Banten berbentuk segi empat yang dpengaruhi oleh konsep Hindu-Budha atau representasi yang dikenal dengan namamandala. Selain itu pada kawasan kota terdapat beberapa kampung yang mewakili etnis tertentu, seperti Kampung Pekojan (Persia) dan Kampung Pecinan.
Kesultanan Banten telah menerapkan cukai atas kapal-kapal yang singah ke Banten, pemungutan cukai ini dilakukan oleh Syahbandar yang berada di kawasan yang dinamakan Pabean. Salah seorang syahbandar yang terkenal pada masa Sultan Ageng bernama Syahbandar Kaytsu
Puncak kejayaan Kesultanan Banten

Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritim dan mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya. Monopoli atas perdagangan lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara dan Kesultanan Banten berkembang pesat, menjadi salah satu pusat niaga yang penting pada masa itu. Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara, Banten menjadi kawasan multi-etnis. Dibantu orang Inggris,Denmark dan Tionghoa, Banten berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Cina dan Jepang.
Masa Sultan Ageng Tirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Di bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (Kalimantan Barat sekarang) dan menaklukkannya tahun1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.
Hilangnya Kekuasaan Kesultanan Banten Akibat Perang Saudara dan Pengaruh VOC

Sekitar tahun 1680 muncul perselisihan dalam Kesultanan Banten, akibat perebutan kekuasaan dan pertentangan antara Sultan Ageng dengan putranya Sultan Haji. Perpecahan ini dimanfaatkan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang memberikan dukungan kepada Sultan Haji, sehingga perang saudara tidak dapat dielakkan. Sementara dalam memperkuat posisinya, Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar juga sempat mengirimkan 2 orang utusannya, menemui Raja Inggris di London tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan serta bantuan persenjataan. Dalam perang ini Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke kawasan yang disebut dengan Tirtayasa, namun pada 28 Desember 1682 kawasan ini juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC. Sultan Ageng bersama putranya yang lain Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari Makasar mundur ke arah selatan pedalaman Sunda. Namun pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng tertangkap kemudian ditahan di Batavia.
Sementara VOC terus mengejar dan mematahkan perlawanan pengikut Sultan Ageng yang masih berada dalam pimpinan Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf. Pada 5 Mei 1683, VOC mengirim Untung Surapati yang berpangkat letnan beserta pasukan Balinya, bergabung dengan pasukan pimpinan Letnan Johannes Maurits van Happel menundukkan kawasan Pamotan dan Dayeuh Luhur, di mana pada 14 Desember 1683 mereka berhasil menawan Syekh Yusuf. Sementara setelah terdesak akhirnya Pangeran Purbaya menyatakan menyerahkan diri. Kemudian Untung Surapati disuruh oleh Kapten Johan Ruisj untuk menjemput Pangeran Purbaya, dan dalam perjalanan membawa Pangeran Purbaya ke Batavia, mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang dipimpin oleh Willem Kuffeler, namun terjadi pertikaian di antara mereka, puncaknya pada 28 Januari 1684, pos pasukan Willem Kuffeler dihancurkan, dan berikutnya Untung Surapati beserta pengikutnya menjadi buronan VOC. Sedangkan Pangeran Purbaya sendiri baru pada 7 Februari 1684 sampai di Batavia.
Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti dibayar dengan memberikan kompensasi kepada VOC di antaranya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung.  Selain itu berdasarkan perjanjian tanggal 17 April 1684, Sultan Haji juga mesti mengganti kerugian akibat perang tersebut kepada VOC.
Setelah meninggalnya Sultan Haji tahun 1687, VOC mulai mencengkramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga pengangkatan para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral Hindia-Belanda di Batavia. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya diangkat mengantikan Sultan Haji namun hanya berkuasa sekitar tiga tahun, selanjutnya digantikan oleh saudaranya Pangeran Adipati dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan kemudian dikenal juga dengan gelar Kang Sinuhun ing Nagari Banten.
Perang saudara yang berlangsung di Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya. Konfik antara keturunan penguasa Banten maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat Banten, atas ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali memuncak pada masa akhir pemerintahan Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin, di antaranya perlawanan Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa. Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali meminta bantuan VOC dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten telah menjadi vassal dari VOC.
Pada tahun 1808 Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1808-1810, memerintahkan pembangunan Jalan Raya Pos untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Daendels memerintahkan Sultan Banten untuk memindahkan ibu kotanya ke Anyer dan menyediakan tenaga kerja untuk membangun pelabuhan yang direncanakan akan dibangun di Ujung Kulon. Sultan menolak perintah Daendels, sebagai jawabannya Daendels memerintahkan penyerangan atas Banten dan penghancuran Istana Surosowan. Sultan beserta keluarganya disekap di Puri Intan (Istana Surosowan) dan kemudian dipenjarakan di Benteng Speelwijk. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqinkemudian diasingkan dan dibuang ke Batavia. Pada 22 November 1808, Daendels mengumumkan dari markasnya di Serang bahwa wilayah Kesultanan Banten telah diserap ke dalam wilayah Hindia Belanda.
Kesultanan Banten resmi dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles. Peristiwa ini merupakan pukulan pamungkas yang mengakhiri riwayat Kesultanan Banten
Daftar Penguasa Kesultanan Banten

Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin 1552 - 1570
Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan 1570 - 1585
Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana 1585 - 1596
Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu 1596 - 1647
Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1647 - 1651
Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah 1651-1682
Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar 1683 - 1687
Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya 1687 - 1690
Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin 1690 - 1733
Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin 1733 - 1747
Ratu Syarifah Fatimah 1747 - 1750
Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri 1753 - 1773
Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin 1773 - 1799
Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1799 - 1803
Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin 1803 - 1808
Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1809 - 1813
 
sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten
http://perpushalwany.blogspot.com/2008/04/sejarah-pra-islam-dan-berkembangnya.html
 

Islam di kerajaan Cirebon

Kesultanan Cirebon adalah sebuah kerajaan islam yang ternama di Jawa Barat. Kerajaan ini berkuasa pada abad ke 15 hingga abad ke 16 M. Letak kesultanan cirebon adalah di pantai utara pulau jawa. Lokasi perbatasan antara jawa tengah dan jawa barat membuat kesultanan Cirebon menjadi “jembatan” antara kebudayaan jawa dan Sunda. Sehingga, di Cirebon tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.
Pada awalnya, cirebon adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Demikian dikatakan oleh serat Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda. Lama-kelamaan cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang diberi nama caruban. Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa, agama, bahasa, dan adat istiadat.

Karena sejak awal mata pecaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah pekerjaan nenangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta pembuatan terasi, petis dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi (belendrang) dari udang rebon ini berkembang sebutan cai-rebon (bahasa sunda : air rebon), yang kemudian menjadi cirebon.

Dengan dukungan pelabuhan yang ramai dan sumber daya Alam dari pedalaman, cirebon menjadi salah satu pelabuhan penting di pesisir utara jawa. Dari pelaburan cirebon, kegiatan pelayaran dan perniagaan berlangsung antar-kepulauan nusantara maupun dengan bagian dunia lainnya. Selain itu, tidak kalah dengan kota-kota pesisir lainnya Cirebon juga tumbuh menjadi pusat penyebaran islam di jawa barat.

Al kisah, hiduplah Ki gedeng Tapa, seorang saudagar kaya di pelabuhan Muarajati. Ia mulai membuka hutan, membangun sebuah gubuk pada tanggal 1 Sura 1358 (tahun jawa), bertepatan dengan tahun 1445 M. Sejak saat itu, mulailah para pendatang menetap dan membentuk masyarakat baru di desa caruban. Kuwu atau kepala desa pertama yang diangkat oleh masyarakat baru itu adalah Ki Gedeng Alang-alang. Sebagai pangraksabumi atau wakilnya, diangkatlah raden Walangsungsang. Walangsungsang adalah putra prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subanglarang atau Subangkranjang, putri Ki Gedeng Tapa. Setelah ki gedeng alang-alang meninggal walangsungsang bergelar Ki Cakrabumi diangkat sebagai Kuwu pengganti ki Gedeng Alang-alang dengan gelar pangeran Cakrabuana.

Ketika kakek ki gedeng Tapa meninggal, pangeran cakrabuana tidak meneruskannya, melainkan mendirikan istana Pakungwati, dan membentuk pemerintahan cirebon. Dengan demikian yang dianggap sebagai pendiri pertama kesultanan Cirebon adalah pangeran Cakrabuana (…. – 1479). Seusai menunaikan ibadah haji, cakrabuana disebut Haji Abdullah Iman, dan tampil sebagai raja Cirebon pertama yang memerintah istana pakungwati, serta aktif menyebarkan islam.

Pada tahun 1479 M, kedudukan Cakrabuana digantikan oleh keponakannya. Keponakan Cakrabuana tersebut merupakan buah perkawinan antara adik cakrabuana, yakni Nyai Rarasantang, dengan Syarif Abdullah dari Mesir. Keponakan Cakrabuana itulah yang bernama Syarif Hidayatullah (1448 – 1568 M). Setelah wafat, Syarif Hidayatullah dikenal dengan nama sunan Gunung Jati, atau juga bergelar ingkang Sinuhun Kanjeng Jati Purba Penetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatura Rasulullah.

Pertumbuhan dan perkembangan kesultanan Cirebon yang pesat dimulai oleh syarif Hidayatullah. Ia kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti kesultanan cirebon dan banten, serta menyebar islam di majalengka, Kuningan, kawali Galuh, Sunda Kelapa, dan Banten. Setelah Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1568, terjadilah kekosongan jabatan pimpinan tertinggi kerajaan Islam cirebon. Pada mulanya, calon kuat penggantinya adlah pangeran Dipati Carbon, Putra Pengeran Pasarean, cucu syarif hidayatullah. Namun, Pangeran dipati carbon meninggal lebuh dahulu pada tahun 1565.
Kosongnya kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat istana yang memegang kenali pemerintahan selama syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati melaksanakan Dakwah. Pejabat tersebut adalah Fatahillah atauFadillah Khan. Fatahillah kemudian naik tahta, secara resmi menjadi sultan cirebon sejak tahun 1568.

Naiknya Fatihillah dapat terjadi karena dua kemungkinan pertama, para sultan Gunung Jati, yaitu Pangeran Pasarean, pangeran Jayakelana, dan pangeran Bratakelana, meninggal lebih dahulu, sedangkan putra yang masih hidup, yaitu sultan Hasanuddin (pangeran Sabakingkin), memerintah di Banten berdiri sendiri sejak tahun 1552 M. Kedua, Fatahillah adalah menantu Sunan Gunung Jati (Fatahillah menikah dengan Ratu Ayu, putri sunan Gunung Jati), dan telah menunjukkan kemampuannya dalam memerintah Cirebon (1546 – 1568) mewakili Sunan Gunug Jati. Sayang, hanya dua tahun Fatahillah menduduki tahta Cirebon, karena ia meninggal pada 1570.

Sepeninggal Fatahillah, tahta jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati, yaitu pangeran Emas. Pangeran emas kemudian bergelar panembahan ratu I, dan memerintah cirebon selama kurang lebih 79 tahun. Setelah panembahan ratu I meninggal pada tahun 1649, pemerintahan kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama pangeran Karim, karena ayahnya yaitu panembahan Adiningkusumah meninggal dunia terlebih dahulu. Selanjutnya, pangeran karim dikenal dengan sebutan Panembahan Ratu II atau panembahan Girilaya.

Pada masa pemerintahan Panembahan Girilaya, Cirebon terjepit di antara dua kekuatan, yaitu kekuatan Banten dan kekuatan mataram. Banten curiga, sebab cirebot dianggap mendekat ke mataram. Di lain pihak, mataram pun menuduh cirebon tidak lagi sungguh-suingguh mendekatkan diri, karena panembahan Girilaya dan Sultan Ageng dari banten adalah sama-sama keturunan pajajaran.
Kondisi panas ini memuncak dengan meninggalnya panembahan Girilaya saat berkunjung ke Kartasura. Ia lalu dimakamkan di bukit Girilaya, Gogyakarta, dengan posisi sejajar dengan makam sultan Agung di Imogiri. Perlu diketahui, panembahan Girilaya adalah juga menantu Sultan Agung Hanyakrakusuma. Bersamaan dengan meninggalnya panembahan Girilaya, Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya, yakni para putra panembahan Girilaya di tahan di mataram.

Dengan kematian panembahan Girilaya, terjadi kekosongan penguasa. Sultan ageng tirtayasa segera dinobatkan pangeran Wangsakerta sebagai pengganti panembahan Girilaya, atas tanggung jawab pihak Banten. Sultan ageng tirtayasa pun kemudian mengirimkan pasukan dan kapal perang untuk membantu trunajaya, yang pada saat itu sedang memerangi Amangkurat I dari mataram. Dengan bantuan Trunajaya, maka kedua putra penembahan Girilaya yang ditahan akhirnya dapat dibebaskan, dan dibawa kembali ke Cirebon. Bersama satu lagi putra panembahan Girilaya, mereka kemudian dinobatkan sebagai penguasa kesultanan Cirebon.

Panembahan Girilaya memiliki tiga putra, yaitu pangeran murtawijaya, pangeran Kartawijaya, dan pangeran wangsakerta. Pada penobatan ketiganya di tahun 1677, kesultanan cirebon terpecah menjadi tiga. Ketiga bagian itu dipimpin oleh tiga anak panembahan Girilaya, yakni :

1. Pangeran Martawijaya atau sultan Kraton Kasepuhan, dengan gelar Sepuh Abi Makarimi Muhammad Samsudin (1677 – 1703)

2. Pangeran Kartawijaya atau Sultan Kanoman, dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi Muhammad Badrudin (1677 – 1723)

3. Pangeran Wangsakerta atau Panembahan Cirebon, dengan gelar pangeran Abdul Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati (1677 – 1713)

Perubahan gelar dari “panembahan” menjadi “sultan” bagi dua putra tertua pangeran girilaya dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Sebab, keduanya dilantik menjadi sultan Cirebon di Ibukota banten. Sebagai sultan, mereka mempunyai wilayah kekuasaan penuh, rakyat, dan keraton masing-masing. Adapun pangeran wangsakerta tidak diangkat sebagai Sultan, melainkan hanya panembahan. Ia tidak memiliki wilayah kekuasaan atau keraton sendiri, akan tetapi berdiri sebagai kaprabonan (paguron), yaitu tempat belajar para ilmuwan keraton.

Pergantian kepemimpinan para sultan di cirebon selanjutnya berjalan lancar, sampai pada masa pemerintahan Sultan Anom IV (1798 – 1803). Saat itu terjadilah pepecahan karena salah seorang putranya, yaitu pangeran raja kanoman, ingin memisahkan diri membangun kesultanan sendiri dengan nama kesultanan Kacirebonan.

Kehendak raja kanoman didukung oleh pemerintah belanda yang mengangkatnya menjadi Sultan Cirebon pada tahun 1807. namun belanda mengajukan satu syarat, yaitu agar putra dan para pengganti raja Kanoman tidak berhak atas gelar sultan. Cukup dengan gelar pangeran saja. Sejak saat itu, di Kesultanan Cirebon bertambah satu penguasa lagi, yaitu kesultanan Kacirebonan. Sementara tahta sultan Kanoman V jatuh pada putra Sultan Anom IV lain bernama Sultan Anom Abusoleh Imamuddin (1803 – 1811).

Sesudah kejadian tersebut, pemerintah kolonial belanda pun semakin ikut campur dalam mengatur Cirebon, sehingga peranan istana-istana kesultanan Cirebon di wilayah-wilayah kekuasaannya semakin surut. Puncaknya terjadi pada tahun-tahun 1906 dan 1926, ketika kekuasaan pemerintahan kesultanan Cirebon secara resmi dihapuskan dengan pengesahan berdirinya Kota Cirebon.

Sumber : http://edywitanto.wordpress.com/sejarah-perkembangan-pemikiran-dan-peradaban-islam/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia/islam-di-kerajaan-cirebon/

Sejarah 3 Negara Islam di Benua Afrika

~~> Sinegal :
Sejarah :

Sebagaimana telah disinggung, Senegal mempunyai penganut Islam terbesar yaitu 94% dari total penduduk. Bagi kebanyakan orang Indonesia, hal ini pasti dipandang aneh, padahal Islam telah berkembang di Senegal sejak abad XI, hampir sama dengan masuknya Islam di Indonesia, ketika War Jabi, Raja Tekrur masuk Islam . Pada abad XIII, kerajaan Tekrur menjadi bagian dari Imperium Mali.  Perkembangan Islam di Senegal mengalami perubahan pesat, ketika aliran Tarekat (sufi) mulai merasuk pada abad XVIII, yaitu dimulai dengan masuknya alirah Qadiriyah. Pada tahun 1820 (abad XIX), Al-Hajj Umat Tall membawa aliran Tijaniyah dan berhasil membentuk kekaisaran yang meliputi wilayah Senegal, Mali dan Guinea. Pada tahun 1887, Syaikh Ahmadou BAMBA mendirikan aliran Mauridiyah. Bila Sudan berpaham Sunni, maka perkembangan Islam di Senegal dimotori oleh aliran tarekat (sufi), yaitu Qadiriyah, Tijaniyah dan Mauridiyah.
Walaupun Islam dianut oleh sebagian besar bangsa Senegal, namun sebagaimana pula di Indonesia, Islam belum dapat diterapkan sebagai dasar negara. Ini terbukti, Pemerintah Senegal masih mengadopsi hukum sipil Perancis sebagai ‘legal system’nya.
Presiden Senegal saat ini adalah ABDOULAYE WADE (Senegalese Democratic Party/PDS), terpilih sejak tanggal 1 April 2000, menggantikan Abdou Diouf. Tantangan berat yang dihadapi oleh Abdoulaye Wade berasal dari para buruh, persaudaraan Islam, mahasiswa dan guru. Dan sebagai negara yang menganut paham demokrasi (multipartai), hal yang demikian dianggap sesuatu yang lumrah
Senegal pernah mengadakan konferederasi dengan negara tetangganya, GAMBIA ( Senegambia Trade Confederation), ketika Abdou DIOUF masih aktif sebagai Presiden (1980). Namun konfederasi ini mengalami kolaps pada tahun 1989. Bertepatan dengan itu, Senegal juga mengalami krisis berat ketika terjadi pemberontakan separatis Movement of Democratic Casamance Force (MDCF). Pemberontakan ini berakhir pada tahun 1993.

Bentuk Pemerintahan :
Republik

Sumber Daya Alam :
-
Perikanan
- Kacang-Kacangan
- Fosfat
- Biji Besi
- Emas
- Titanium

~~> Gambia :
Sejarah :
Islam masuk Gambia melalui Senegal, dan pembawa misi Islam adalah para pedagang Arab (Maroko) dan Berber dari Mauritania. Ditengarai, Islam masuk Gambia pada abad ke-10, di mana suku Wolof, salah satu suku terbesar di Gambia memeluk Islam. Menurut Prof. Omar Gah, Kepala Studi Islam dan Bahasa Arab di Gambia University, Islam masuk Gambia pada abad ke-10, 6 (enam) abad sebelum agama Kristen masuk Gambia. Menurut beliau, jumlah pemeluk Islam di Gambia saat ini adalah 95% (bukan 90%), dan pemeluk Kristen hanya 4%. Namun sayangnya, walaupun presiden Yahya Jammeh seorang muslim, dan Kristen hanya 4% – 9%, namun dalam pemerintahan Gambia, orang-orang Kristen dapat menduduki jabatan-jabatan strategis.
Sebagaimana Senegal, Islam di Gambia beraliran Suni, dan sebagian besar dari mereka menganut paham sufi. Salah seorang pemimpin sufi terkenal di Gambia adalah Syeikh Ibrahim Aladji Gassama Djabi (lahir pada 11 Apil 1949). Beliau adalah putra sufi terkenal Gambia lainnya, yaitu Syaikh Karamba Gassama Djabi, dan cucu dari tokoh sufi terkenal di Gambia Jagolai Jagol Salim. Para pemuka sufi inilah yang membuat Islam dapat berkembang cepat di Gambia maupun di Senegal, karena memang keberadaan Gambia persis di tengah-tengah Senegal, seperti Yogyakarta di tengah pulau Jawa. Para penganut sufi, baik yang barasal dari aliran Qadiriyah maupun Tijaniyah mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan rakyat Gambia, sekaligus sebagai ‘motor penggerak’ mengusir penjajah (Inggris) dari tanah Gambia. Namun ketika peristiwa 11 September 2001 terjadi di Amerika Serikat (pemboman WTC), dan Islam dituduh sebagai biang keladinya (teroris), maka rakyat Gambia, yang notabene sebagian besar Muslim, gelisah. Oleh karena itu, seorang tokoh Islam terkenal di Gambia, yaitu Prof. DR. Abdallah Dumbuya, yang dikenal di Saudi Arabia sebagai Salem Bashanfer, atau Mohammed Hassem Sheikh Asheem Barakat atau Abdallah Omar Ba Nkhar, menyalahkan organisasi atau kelompok garis keras yang menjadikan Islam sebagai pembenaran untuk melakukan terror atau kekerasan. Dalam Islam, ‘membunuh orang tak berdosa adalah haram’, demikian kata Prof. Dumbuya. Dengan seruan tersebut, masyarakat Gambia akhirnya tenang dan tak mau terlibat dalam urusan terorisme.

Bentuk Pemerintahan :
Persemakmuran

Sumber Daya Alam :
-
Mineral
- Pertanian

~~> Guinea :
Sejarah:
Islam masuk Guinea pada abad ke-10, ketika kerajaan Malinke, Shonghai maupun Ghana berkuasa di sana. Oleh karena itu, suasana keberagamaan di negara itu sangat kental diwarnai oleh Islam (85%). Seperti Indonesia, pejuang-pejuang kemerdekaan Guinea juga banyak dilakukan oleh pejuang-pejuang Islam, dan yang sangat terkenal adalah Almamy Samory Toure. Sebagaimana telah diuraikan pada awal tulisan ini, salah satu suku di Guinea yaitu suku Fulani, yang dipolopori oleh Futa Djalon, telah berhasil mendirikan pemerintahan di Guinea dengan system pemerintahan teokrasi Islam. Dengan demikian, tak dapat diragukan lagi, bahwa pengaruh Islam sangat kuat di Guinea.
Suku Fulani (Fulbe/Peuhl) yang berasal dari Afrika Tengah yang beragama Islam, bermigrasi ke Guinea pada abad ke-15, dan dikenal dengan Fouta Djalon. Pada tahun 1720-an, Fouta Djalon telah mengumdangkan ‘jihad’ (perang suci bagi ummat Islam) dalam rangka mendirikan sebuah pemerintahan berdasarkan Islam (teokrasi). Pemimpin Fouta Djalon yang sangat terkenal adalah Karamoko Alfa, yang dikenal dengan sebutan Almaamis. Karamoko Alfa sekaligus sebagai pemimpin, pendiri negara dan memerintah suku muslim Fulani (Fulbe). Perjuangan ini diteruskan oleh Alfa Yaayaa, seorang pemimpin kuat yang berusaha mengusir penjajah Perancis, dan akhirnya dipenjara pada tahun 1905. Dibanding dengan para tetangganya, Guinea termasuk negara Islam yang tak begitu terpengaruh dengan aliran sufi, mereka banyak dipenuhi oleh kemauan jihad Islam yang menggebu dan dikenal sangat heroik. Namun tak beda dengan Indonesia, saat ini ummat Islam Guinea juga menghadapi gencarnya misiionaris Kristen yang dimotori oleh Christian Reformed World Missions. Suku Fulani atau Fulbe (Futa Djalon) tempat tumbuhnya ‘jihad Islam’ yang dimotori oleh Almamy Samoty Toure, menjadi sasaran mereka. Sebanyak 300.000 penduduk Fulani/Fulbe yang terkonsentrasi di Guinea tengah diharapkan dapat dikristenkan. Mereka telah berusaha menancapkan pengaruhnya melalui ‘penterjemahan Bible ke dalam bahasa Pular, mendirikan radio dan mengembangkan kesusastraan atau artikel-artikel untuk konsumsi para murid sekolah dasar dan menengah.’ Dan pada kenyataannya, memang makin banyak suku Fulani/Fulbe yang tertarik masuk Kristen. Oleh karena itu, merupakan perjuangan berat bagi para ulama dan pemimpin Islam di Guinea untuk membendungnya. Dan alhamdulillah, para pemimpin Islam dan ulama di negara-negara teluk mengantisipasi keadaan tersebut, dan mereka berusaha membujuk para ’murtadin’ untuk kembali ke pangkuan Islam.

Bentuk Pemerintahan :
Republik

Sumber Daya Alam :
-
Pertanian
- Perairan
- Pertambangan

Sekian dan Terima Kasih..

~~> Turki :
Sejarah:Republik Turki ( bahasa Turki) : Türkiye Cumhuriyeti ) disebut Türkiye ( bahasa) : Türkiye ) adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia . Wilayahnya terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya dan daerah Balkan di Eropa Tenggara 


Turki berbatasan dengan laut hitam di sebelah utara; Bulgaria di sebelah barat laut; Yunani dan laut Aegea di sebelah barat; Georgia di timur laut; Armenia, Ajerbaijan dan Iran di sebelah timur; dan Irak dan Suriah di tenggara; dan Laut Mediterania di sebelah selatan. 
Turki adalah sebuah republik konstitusional yang demokratis, sekular, dan bersatu. Sistem politiknya didirikan pada tahun 1923 di bawah pimpinan Mustafa Kemal Atatürk setelah kejatuhan Khilafah Ottoman . 

Bagaimana Islam masuk ke Turki ? 
Memasuki tahun pertama Masehi, wilayah Turki yang saat itu bernama Kerajaan Bizantium dikuasai Romawi selama empat abad. Kekuasaan Romawi dijatuhkan kaum Barbar. Pada masa inilah ibukota kerajaan dipindahkan dari Roma ke Konstantinopel (sekarang Istambul). 
Pada abad ke-12 Bizantium jatuh ke dalam kekuasaan Kerajaan Ottoman yang dipimpin Raja Osman I. Inilah masa keemasan Turki Ottoman. Pada masa inilah pemerintahan Turki Ottoman memperoleh pengaruh Islam yang kuat . 
Setelah Osman I meninggal, kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah kemudian merambah sampai ke bagian Timur Mediterania dan Balkan. Dan menjadi awal penyebaran agama Islam di Eropa 
PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DI TURKI 
P erkembangan hukum Islam di Turki dapat dibagi  ke dalam tiga periode besar yaitu: periode awal (650-1250), periode pertengahan (1250-1800), dan periode modern (1800 sampai sekarang). 

Pada periode awal, hukum Islam dilaksanakan secara murni sesuai dengan ajaran Alquran dan Sunnah bahkan cenderung tradisional dan konservatif. 


Pada periode pertengahan sudah ada usaha untuk memasukkan hukum Islam ke dalam perundang-undangan negara. Dan di akhir periode pertengahan tersebut pemikiran pembaharuan hukum Islam sudah mulai muncul. 
Pada periode modern terjadi pembaruan besar-besaran di Turki termasuk upaya Turkinisasi Hukum Islam yang dipelopori oleh Mustafa Kemal. 
1.    TEMPAT – TEMPAT BERSEJARAH ISLAM DI TURKI 
2.    G edung Blue Mosque (Masjid Biru), yang dibangun Sultan Mohammad (abad ke-13). Hiasan lampu di seluruh ruangan, aneka keramik dinding biru diselingi kaligrafi bagai ukiran. 
3.    Bangunan Aya Sofia di masa Romawi adalah sebuah gereja Setelah Constatinopel berpindah ke tangan kerajaan Islam, maka Sulthan Mehmed (1451-1481) mer u bah Aya Sofiya menjadi m a sjid. 
4.    TOKOH - TOKOH ISLAM DI TURKI 
5.    Sultan Muhammad Al-Fatih, Sang Pembuka Istanbul Sejak kecil Ia telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan K ostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukan Konstantinopel. . 
6.    Suleiman I Sultan Suleiman I atau Suleiman Al-Qanuni (6 November 1494 – 5 /6 September1566 adalah Sultan dan Khalifah Turki Utsmani .S ultan Sulaiman berhasil menyebarkan Islam hingga ke tanah Balkan di Eropa meliputi Hongaria, Beograd, Austria, benua Afrika dan Teluk Persia. Dilahirkan di Trabzon . Di awal usia 7 tahun, ia telah dididik dengan ilmu kesusasteraan, sains, sejarah, agama dan taktik ketentaraan di Istana Topkapi, Istanbul 


MESJID BIRU (BLUE MOSQUE) ISTAMBUL, TURKEY


Mesjid ini disebut “mesjid biru” karena kubah penutupnya berwarna biru. Bangunan ini berada di Istambul Turki dan dibangun oleh Sultan Ahmed I pada tahun 1609 dan selesai pada 1612. Sultan Ahmed membangun Masjid Biru untuk menandingi bangunan Hagia Sopia buatan kaisar Bizantium yaitu Constantin I, Hagia Sopia berada satu blok dari Masjid Biru. Hagia Sopia dulunya adalah Gereja Bizantium sebelum jatuh ke daulah Turki Otoman pada tahun 1453 M . Masjid Biru memiliki 6 menara, diameter kubah 23,5 meter dan tinggi kubah 43 meter, kolom beton berdiameter 5 meter.

Masjid ini adalah satu dari dua buah masjid di Turki yang mempunyai enam menara, yang satu lagi berada di Adana. Kabarnya, akibat jumlah menara yang sama dengan Masjidil Haram di Mekkah saat itu, Sultan Ahmad mendapat kritikan tajam sehingga akhirnya beliau menyumbangkan biaya pembuatan menara ketujuh untuk Masjidil Haram. Yang menarik, sebuah rantai besi yang berat dipasang di atas pintu gerbang masjid sebelah barat. Di masa lalu, hanya Sultan yang boleh memasuki halaman masjid dengan mengendarai kuda, dan rantai ini dipasang agar Sultan menundukkan kepalanya saat melintas masuk agar tidak terantuk rantai tersebut. Ini dimaksudkan sebagai simbol kerendahan hati penguasa di hadapan kekuasaan Ilahi.

  
Selain pemandangan yang indah, Istanbul memang dipenuhi bangunan cantik bersejarah. Tidak jauh dari Masjid Biru, terdapat museum Aya Sofia. Selain terkenal dengan keindahan arsitekturnya, Aya Sofia sangat unik karena sejarahnya, yaitu pertama dibangun sebagai katedral [pada masa Konstantinopel], lalu diubah menjadi masjid selama 500 tahun dan sejak pemerintahan sekuler Republik Turki menjadi museum sampai saat ini. Belum lagi istana Topkapi yang menyimpan beberapa peninggalan Rasulullah.


Masjid Biru, hingga kini, masih berfungsi sebagai tempat ibadah. Masuk dalam kompleks masjid terbesar di Istanbul ini, kita melewati taman bunga yang dilindungi pepohonan yang rindang. Sebuah tempat wudhu berderet di sisi depan masjid menyambut kita sebelum memasuki bagian dalam kompleks masjid.

Untuk menghormati masjid, wisatawan harus berpakaian sopan saat memasuki ruang masjid. Wanita harus mengenakan kerudung. Penjaga selalu siap mengingatkan di depan pintu masuk. Begitu sampai di dalam, sejumlah tamu Muslim melakukan shalat sunah masjid. Sementara sebagian lain memandang masjid dari bagian shaf belakang. Sebab, bagian depan hanya diperkenankan bagi mereka yang hendak bershalat.
Dari luar, tampaknya tak ada alasan karya arsitek Mehmet Aga yang dibangun pada 1609-1616 ini disebut dengan nama Masjid Biru. Barulah setelah kita masuk ke dalam, tampak bahwa interior masjid ini dihiasi 20.000 keramik dari Iznik — kawasan Turki yang terkenal menghasilkan keramik nomor wahid — berwarna biru, hijau, ungu, dan putih.

Ornamen bunga-bungaan dan tanaman bersulur itu tampak sangat indah memendarkan warna biru saat ditimpa cahaya matahari yang masuk lewat jendela 260 kaca patri.



Terdapat pilar-pilar marmer dan lebih dari 200 jendela kaca patri dengan berbagai desain yang memancarkan cahaya dari luar dengan dibantu chandeliers. Dalam chandeliers diletakkan telur burung unta untuk mencegah laba-laba membuat sarang di situ. Dekorasi lainnya adalah kaligrafi ayat-ayat Al Qur’an yang sebagian besar dibuat oleh Seyyid Kasim Gubari, salah satu kaligrafer terbaik pada masa itu.



Elemen penting dalam masjid ini adalah mihrab yang terbuat dari marmer yang dipahat dengan hiasan stalaktit dan panel incritive dobel di atasnya. Tembok disekitarnya dipenuhi dengan keramik. Masjid ini didesain agar dalam kondisi yang paling penuh sekalipun, semua yang ada di masjid tetap dapat melihat dan mendengar Imam.


 # Masjid ini terletak di Jalan Baabul Wazier, Dibangun pada tahun 1327 oleh Syamsudien Aq sunqur, menantu dari Sultan Nassir Mohammad Ibn Qolawwun..Kata Aq Sunqur sendiri berasal dari bahasa Parsi (Iran) yang artinya Paruh  putih. Aq=paruh Sunqur=putih. Dalam peta terlihat: No 1 adalah Istana Alin Aq, No 2. Komplek Khayer Bek, No 3. Blue Mosque.  
#
# Di dunia ini ada 3 masjid yang dinamakan Blue Mosque ( Masjid Biru):
# - Masjid Sultan Ahamd di Istambul Turki.
# - Masjid Amira Fatimah di Asfahaan Iran.
# - dan Masjid Aqsunqur di Cairo Egypt.

    * Didalamnya kita dapati beberapa makam yaitu :
    * 1. Ibrahim Aga Mustahfazan, yang berada di kamar yang sebelumnya adalah kamar untuk menghafal al Qur'an lalu dijadikan tempat makam beliau..Di kamar ini terlihat gabungan dua disnasti, yang pertama dari dinasti mammalik, ornament marmer khas mammalik, lalu ke atasnya adalah Turki usmani, berupa tempelan keramik khas berwarna majolica, blue, sehingga orang barat menyebutnya Blue Mosque...Tak lupa langit2 kubah yang sangat bagus ornamentnya..Hal serupa terlihat di seluruh masjid ini..Ibrahim Aga Mustahfazan, adalh orang yang merenovasi masjid ini, beliaulah yang membawa keramik dari turki Iznik ini untuk menghias Masjid.

2. Syamsudien Aqsunqur, pendiri masjid ini pada masa mammalik, terlihat sederhana, karena mereka (kaum Mammalik) lebih mementingkan mendirikan masjid dan kemewahannya dibanding makam untuk dirinya..Namun sebagaimana mengikuti makam Rasulullah SAW, diatasnya dibangun kubah.

3. Alaudien Kuchuk, kakak dari Sultan Hassan putra Sultan Nassir Mohammad Ibn Qolawwun,

Umur masjid ini sudah sangat tua, terlihat sangat terurus, namun kita akan mendapat guide yang sangat istimewa, sangat ramah dan selalu tanggap untuk menjawab semua pertanyaan kita. Masuk ke masjid dengan gratis. dan kita bisa naik ke menaranya dan bisa melihat sekeliling area masjid yang sangat indah, penuh dengan sejarah.

Di Mihrab masjid, terlihat gabungan berbagai macam seni. Tiang yang menyangga ada dua gaya yaitu berasal dari Aswan, khas mesir yang berupa tiang2 yang bulat dan besar, dan yang berasal dari gaya Romawi yang berbentuk marmer yang bersegi dan putih warnanya. Bisa kita lihat juga mimbar dan sisi mihrab yang merupakan marmer hadiah dari Italy, sesuai dengan sejarah zaman dahulu turki usmani pernah menjajah eropa, agar tidak dikuasai dan dijajah maka Italy memberi banyak hadiah kepada kerajaan Turki Usmani ini, salah satunya dengan memberikan marmer khas Italy.


Bentuk Pemerintahan :
Republik.

Sumber Daya Alam :
- Mineral
- Minyak dan Gas Asli
- Tenaga Nuclear
- Tenaga Panas Bumi
- Sekuriti Tenaga

~~>Iran :
Sejarah :
Revolusi Islam Iran telah mencapai puncak kemenangannya pada bulan Februari tahun 1979,  berbagai sebutan disertai rasa optimis yang  meluap-luap segera dilontarkan kepada gerakan revolusi tersebut. Ada yang menyebutkan, Revolusi Islam Iran merupakan kelanjutan dari kejayaan dinasti Abassiyah dan Umayyah pada abad pertengahan Islam. Ada juga yang menyebutkan, Revolusi Islam Iran merupakan penyambungan lagi tali kemenangan yang telah terputus yang pernah diraih oleh pahlawan Iran Tarek bin Ziyad (seorang penakluk Andalusia/Spanyol) dan Salahuddin Al Ayyubi (seorang pembebas kota Yerussalem dari tangan Romawi).
Dari kalangan Mullah/elite politik Iran lah yang mempunyai rasa optimis tersebut. Munculnya rasa optimis itu lah yang menyebabkan proses Revolusi Islam Iran berlangsung cepat dibanding prose revolusi di negeri lain, kita contohkan seperti revolusi Perancis, Aljazair atau Rusia. Hanya memakan waktu satu setengah tahun saja, proses Revolusi Islam Iran mencapai puncak kemenangannya yaitu pada bulan Februari 1979.
Dari proses kemenangan revolusi tersebut, telah memberikan kepercayaan kepada para Mullah, sampai terbetik di benak mereka kemungkinan membangun kembali imperium Persia yang bersendikan Islam. Para Mullah menganggap pula, Republik Islam Iran yang baru lahir itu dapat dijadikan pusat atau pelopor gerakan Islam di dunia Islam yang membentang dari Maroko sampai Indonesia.
Berpegang dari rasa percaya diri tersebut, para elite politik iran menetapkan prinsip sentralisasi ideology/primordialisme dan prinsip kembali kepada khasanah budaya sendiri sebagai titik sentral atau doktrin  kebijakan luar negeri Iran. Maka, muncullah pada awal masa revolusi slogan" La syaqiyah, la Gharbiyah'( artinya tidak timur, tidak juga barat).Amerika serikat pun dijuluki Setan Besar dan Uni Soviet dinamakan Setan Merah.  
Para Mullah berambisi untuk menjadikan Iran bersendikan Islam Syiah. Oleh karena itu, Iran pada awal masa revolusinya tampil keras, tanpa kompromi. Para Mullah mempunyai keinginan agar menjadikan Iran sebagai lambang perlawanan Islam. Melalui kebijakan tersebut, diharapkan Revolusi Islam Iran berhasil meraih popularitas di negara-negara Islam lainnya dan kemudian mengikuti jejak Iran. Para Mullah memiliki cita-cita, jika Iran tidak bias membantu  secara langsung, setidak-tidaknya jiwa revolusi mengilhami negara Islam lainnya atau bahkan dunia ketiga keseluruhan untuk membebaskan mereka dari belenggu kapitalisme dan komunisme. 
Untuk memperluas pengaruh revolusi tersebut, pemerintah Teheran tidak ragu-ragu untuk mengirim sejumlah pengawal revolusi ke Lebanon tahun 1982, membantu gerilyawan Palestina dan Lebanon melawan Israel. Keberadaan pengawal revolusi di Lebanon ketika itu adalah embrio bagi lahirnya faksi Hezebollah pro-Iran yang terus eksis hingga saat ini. Oleh karena itu, cerita Lebanon dengan faksi Hezebollah-nya adalah cerita keberhasilan Revolusi Islam Iran.
Keterlibatan Iran, secara langsung maupun tidak langsung di negara sekitarnya telah mengundang pro-kontra yang menjadikan kisah permanen yang berkesinambungan. Contohnya, dengan disinyalir Iran yang menetapkan sebagian kekuatan angkatan lautnya di Sudan untuk membantu pemerintah Omar Hassan Bashir yang berorientasi Islam.
Keterlibatan Iran di sana sini seperti di Bosnia, Afganistan, aljazair, Bahrain,dan Arab Saudi seperti kisah yang tak pernah ada putusnya. Seringkali keterlibatan Iran tersebut malah menjadi sumber citra buruk yang menjauhkan dirinya dari kesan sebagai tali penyambung kejayaan dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Hal ini terjadi, karena disebabkan  tidak direstuinya oleh pemerintah setempat,  terhadap keterlibatan Iran.
Presiden palestina Yasser Arafat, pada November 1994, terang-terangan menuduh faksi Radikal Hamas dan Jihad Islami  mendapat santunan dana dan pengarahan dari Teheran. Dukungan moral dan politik dari Teheran terhadap Front penyelamatan Islam (FIS), menyebabkan terus memburuknya hubungan Iran-Aljazair hingga saat ini.
Namun, citra buruk terparah yang harus dipikul pemerintah Iran itu adalah teluk sendiri. Hal ini disebabkan, kebijakan luar negeri Iran di kawasan Teluk praktis tidak berbeda dengan dari zaman Shah Reza Pahlevi. Iran yang belum bersedia melepaskan kekuasaannya atas Pulau Abu Musa , Tunb Besar, dan Tunb kecil yang juga diklaim,oleh Uni Emirat arab. Tiga pulau tersebut dianeksasi Iran pada masa Shah Reza Pahlevi pada 1971.
Pemerintah Republik Islam Iran juga masih mempertahankan kesepakatan shatt El Arab yang ditandatangani oleh Saddam Hussein dan Shah Reza Pahlevi di Aljazair tahun 19975, yang kemudian menjadi pemicu meletusnya perak Irak-Iran selama 8 tahun, 1980-1988.
Seruan Iran untuk menjadikan kawasan Teluk bebas kekuatan asing pun ditanggapi skeptik oleh negara-negara Arab sekitarnya. Dalam konteks ini, Iran memiliki beberapa konsep yang diajukan kepada negara-negara Arab Teluk seperti konsep pembentuksn Organisasi Pertahanan Regional dan konsep Zona Keamanan Teluk.
Konsep tersebut tertumpu kepada empat prinsip pertama,keamanan teluk harus menjadi tanggung jawab setempat. Kedua, pengembangan hubungan bilateral antara sesama negara kawasan Teluk. Ketiga, Iran sebagai salah satu kekuatan regional. Keempat, saling menghormati kedaulatan masing-masing.
Namun,negara-negara Arab sekitarnya masih menaruh curiga terhadap seruan tersebut. Mereka kahwatir jangan-jangan seruan tersebut hanya kedok dari keinginan iran sesungguhnya kembali menjadi polisi kawasan Teluk seperti zaman Shah Reza Pahlevi. Apalagi konsep tersebut ditawarkan secara gencar setelah babak belurnya kekuatan militer Irak setelah perang teluk II lalu, yang menyebabkan Iran merasa di atas angin lagi.
Dengan ditolaknya konsep Iran tersebut, maka gagal pula penerapan doktrin politik luar negeri Iran di kawan teluk sendiri, yang berpijak atas prinsip semngat primordialisme dan kembali kepada khasanah budaya sendiri yang di gariskan sejak masa awal revolusi akibat tetap bercokolnya kekuatan asing. Karena itu, Iran menanamkan kekuatan asing di Teluk sebagai penjajah terselubung.

Pejabat Amerika serikat juga menjadi curiga terhadap Iran. Amerika menuduh iran telah menuduh Iran telah memilih jalan kekerasan (setelah ditolaknya konsep Iran itu)untuk mengusir kekuatan asing dari kawasan Teluk dengan cara mendalangi aksi peledakan di kompleks pemukiman militer Amerika serikat di Al Kohbar bulan juni tahun 1966 dan sebelumnya di Riyadh bulan November tahun 1995. Kecurigaan para pengambil keputusan di Washington itu bisa jadi hanya didasarkan kepada analisa makro tersebut, tanpa menunggu bukti mikro yang masih dalam proses penyelidikan di Arab Saudi.
Hal itu juga yang mendorong Presiden Bill Clinton tetap bertekad menandatangani Undang-Undang(UU) d'Amato hari senin 5 agustus 1996. Karena menurut analisa makro, selama kekuatan Barat bercokol dikawasan teluk, selama itu pula ancaman teroris terus muncul. Maka, ancaman itu pun harus dibendung sejak dini dengan berbagai cara termasuk UU d'Amato.

Bentuk Pemerintahan :
Republik Islam

Sumber Daya Alam :
-
Minyak
- Gas Alam

~~>Afganistan :
Sejarah :Islam masuk di Afganistan pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Waktu itu nama Afghanistanbelum dikenal, tetapi lebih dikenal dengan nama Khurasan. Masuknya Islam ini terkait dengan pengiriman pasukan Islam pada tahun 647 M oleh Khalifah utsman yang dipimpin Sa’ad bin Al Ash. Sejak saat itu Khurasan menjadi salah satu wilayah kekuasaan Islam yang dipimpin oleh sultan-sultan dari dinasti yang berganti-ganti dari generasi ke generasi.

Perkembangan Islam di Afganistan
Pada abad ke-19 Afganistan dikuasai oleh Inggris. Kemudian pada tahun 1973 Afganistanmenjadi Republik. Namun pada tahun 1979 Uni Sovyet yang komunis melakukan intervensi diAfganistan. Intervensi ini menyebabkan rakyat Afganistan menderita, baik secara fisik maupun mental. Sampai sekarang Afganistan terus bergulat dengan peperangan. Setelah Uni Sovyet meninggalkan Afganistan pun, peperangan antar suku terus berlangsung. Semoga hal ini cepat berakhir.
Di bidang kebudayaan dan pemikiranAfganistan memiliki peninggalan yang penting. Peninggalan secara fisik terdapat di Kota Mizani Syarif yang banyak memiliki bangunan kuno bernafaskan Islam, seperti Masjid Kwaja Pasha yang dibangun oleh Mahmud Ghazna (abad ke-10) dan “Masjid Biru” yang megah. Dalam hal pemikiran, tokoh dari Afganistan yang terkenal adalah Jamaluddin Al Afghani yang terkenal karena pemikiran modernisme Islamnya.
Bentuk Pemerintahan :
Republik Islam

Sumber Daya Alam:
-
Batu Bara
- Tembaga
- Emas
- Biji Besi
- Uranium
- Lithium
- Khromit
- Timah
- Belerang
- Marmer
- Batu-Batuan Berharga
- Gas Alam
- Minyak Bumi

~~>Pakistan :
Sejarah :Islam masuk ke Pakistan kira-kira 12 abad sebelum negara itu mendapatkan kemerdekaanya dari  Inggris,  yaitu  ketika Hajjaj bin  Yusuf  (  Amir  Irak)  dengan mendapat persetujuan dari  Khalifah Walid  bin Abdul Malik (705 - 715 M), mengutus seorang  panglima perang yang masih berumur 17 tahun bernama Muhammad bin Qasim, guna menundukkan penguasa-penguasa di India dan sekitarnya yang lalim terhadapt rakyatnya.

Muhammad bin Qasim berangkat dengan membawa pasukan sekitar 5.000 - 6.000 orang, wilayah pertama yang ditundukkan adalah kekuasaan Maharaja Dahar, seorang  raja  yang  sangat  terkenal  di  dekat  perbatasan  India  yang  berdekatan dengan daerah Arab, Raja  Dahar  sendiri kemudian mati  terbunuh, dan  dengan sebab itu maka negeri Sind, Bairun, dan negeri Rur dapat ditundukkan pula dan menjadi bagian dari wilayah Islam. Muhammad bin Qasim sendiri ditunjuk menjadi Amir yang berkuasa penuh di sana.

Perkembangan Islam di Pakistan
Berdirinya negara Pakistan sendiri merupakan bukti  keberhasilan perkembangan Islam di  daerah ini. Adalah  Muhammad Iqbal  (1876  -  1938)  yang  memiliki  ide pertama tentang berdirinya negara sendiri yang terpisah dari India, mengingat di India terdiri dari Umat Islam dan Hindu.
Nama Pakistan berasal dari seorang mahasiswa Islam India yang berada di London ; P diambil dari kata Punjab, A dari Afghan, K dari Kashmir, S dari Sindi dan TAN dari Balukhistan.Sumber lain mengatakan berasal dari  kata Persia “pak” (suci) dan “stan” (negara). Kalau Muhammad Iqbal sebagai pencetus, sehingga mendapat julukan Bapak Pakistan, maka Muhammad Ali Jinnah (1876 - 1948) mewujudkan cita-cita mendirikan Negara Pakistan menjadi kenyataan.

Pada tahun 1916 dalam kapasitasnya sebagai ketua Liga Muslimin India, Muhammad Ali Jinnah diangkat mejadi Gubernur Jendral pertama dominion Pakistan dan pada tahun 1947 tanggal 15 Agustus, barulah Pakistan menjadi negara merdeka dengan bentuk Republik dan Jinnah tetap sebagai Gubernur Jendralnya.
Pada tahun 1971, terjadi perpecahan antara pakistan Timur dan Pakistan barat, yang berakhir  dengan  pemisahan  kekuasaan  yaitu  Pakistan  Timur  menjadi  negara merdeka dengan nama Bangladesh dengan bentuk Negara Republik Bangladesh, diproklamirkan tanggal 17 April 1971, yang menjadi presiden pertamanya adalah Mujibur Rachman.
Pada tahun 1974, barulah pakistan mengakui kemerdekaan Bangladesh melalui penandatanganan perjanjian antara Pakistan dan Bangladesh.

Bentuk Pemerintahan :
Republik Islam

Sumber Daya Alam :
-
Air
- Bahan Bakar
- Perikanan
- Perhutanan
- Pertambangan
- Pertanian

Sekian dan Terima Kasih..